Menjauhkan Flu: Protein Sintetik Mengaktifkan Sistem
Kekebalan dalam Dua Jam
Senin, 16 Juli 2012 - Para peneliti San Diego State
University di Pusat Biosains Donald P. Shiley menemukan rahasia membantu sistem
kekebalan melawan flu sebelum ia membuat anda sakit.
Sebuah
studi yang diterbitkan tanggal 6 Juli 2012 di jurnal Public Library of Science
PloS One, menemukan kalau EP67, sebuah protein sintetik kuat, mampu
mengaktivasi sistem kekebalan yang diam dalam hanya dua jam setelah dikonsumsi.
Sebelum
studi ini, EP67 telah umumnya dipakai sebagai ajuvan untuk vaksin, yaitu
sesuatu yang ditambahkan ke vaksin untuk membantu mengaktivasi respon
kekebalan. Namun Joy Phillips PhD, pengarang utama studi ini bersama dengan
koleganya Sam Sanderson PhD dari Pusat Medis Universitas Nebraska melihat
potensi kalau ia dapat bekerja sendiri.
“Virus
flu sangat lincah dan secara aktif menjaga sistem kekebalan dari mendeteksinya
untuk beberapa hari hingga anda mendapatkan gejala,” kata Phillips. “Penelitian
kami menunjukkan kalau dengan memasukkan EP67 ke tubuh dalam 24 jam paparan ke
virus flu membuat sistem kekebalan bereaksi hampir seketika pada ancaman
tersebut, sebelum tubuh anda secara normal mampu melakukannya.”
Karena
EP67 tidak bekerja pada virus namun pada sistem kekebalan itu sendiri, ia
berfungsi sama tidak peduli apa strain flunya, berbeda dengan vaksin influenza
yang harus tepat sesuai dengan strain yang sedang beredar.
Phillips
mengatakan walau studi ini berfokus pada flu, tapi EP67 berpotensi bekerja pada
penyakit pernapasan dan infeksi jamur lainnya dan dapat berpotensi besar untuk
terapi gawat darurat.
“Ketika
anda menemukan kalau anda terpaparkan flu, perawatan satu-satunya sekarang
adalah menyerang virus secara langsung yang tidak handal dan seringkali virus
mengembangkan resistensi terhadapnya,” kata Phillips. “EP67 dapat secara
potensial menjadi terapi bagi orang yang mengetahui dirinya terpaparkan dan
membantu tubuh memerangi virus sebelum anda sakit.”
Ia
bahkan dapat juga dipakai dalam peristiwa strain baru penyakit
menular, sebelum patogen
aktual ditemukan, seperti pada SARS dan wabah influenza H1N1 2009, kata
Phillips.
Saat
ini, pengujian sudah dilakukan umumnya pada tikus dengan menularkan mereka
virus flu. Mereka yang diberi dosis EP67 dalam 24 jam infeksi tidak sakit (atau
sesakit) yang tidak diberikan EP67.
Level
kesakitan tikus diukur berdasarkan hilangnya berat badan. Secara tipikal, tikus
kehilangan sekitar 20 persen beratnya ketika terinfeksi flu namun tikus yang
dirawat dengan EP67 kehilangan rata-rata hanya 6 persen. Lebih penting lagi,
tikus yang dirawat sehari setelah diinfeksi dengan dosis influenza yang
mematikan ternyata tidak mati, kata Phillips.
Ia
mengatakan kalau ada implikasi besar bagi kedokteran hewan, karena EP67 aktif
pada hewan, termasuk burung.
Penelitian
di masa datang akan memeriksa pengaruh EP67 dalam keberadaan jumlah patogen
lain dan melihat lebih dekat fungsi EP67 dalam berbagai sel di tubuh.
Sumber
berita:
Referensi
jurnal:
Sam
D. Sanderson, Marilyn L. Thoman, Kornelia Kis, Elizabeth L. Virts, Edgar B.
Herrera, Stephanie Widmann, Homero Sepulveda, Joy A. Phillips. Innate Immune
Induction and Influenza Protection Elicited by a Response-Selective Agonist of
Human C5a. PLoS ONE, 2012; 7 (7): e40303 DOI: 10.1371/journal.pone.0040303
Tidak ada komentar:
Posting Komentar